Dalam jangka panjang, lavender marriage juga menimbulkan dilema moral karena membangun relasi rumah tangga di atas dasar kepura-puraan.
Hal ini bisa memengaruhi keharmonisan, terutama jika muncul kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi.
Fenomena di Era Modern
Seiring perkembangan zaman, lavender marriage masih terjadi meski dalam konteks berbeda.
Keterbukaan terhadap identitas dan orientasi seksual memang semakin luas, tetapi sebagian masyarakat masih memegang teguh norma tradisional.
Hal ini membuat sebagian individu tetap memilih lavender marriage sebagai solusi kompromi.
Fenomena ini menegaskan bahwa pernikahan tidak selalu didasarkan pada cinta, melainkan juga bisa menjadi alat untuk mencapai tujuan sosial, ekonomi, atau politik.