Dengan metode ini, komposisi siswa akan lebih mencerminkan populasi Jakarta secara keseluruhan.
“Jika dilakukan secara acak, hasilnya lebih mencerminkan populasi kita. Jadi, ada siswa dari keluarga tidak berpendidikan, ada juga dari SMP, SMA, hingga perguruan tinggi,” jelasnya.
Namun, kebijakan tersebut sempat mendapat protes keras dari kalangan menengah ke atas.
Mereka merasa sistem baru mengurangi peluang anak-anak mereka masuk ke sekolah favorit.
Meski begitu, Anies menegaskan kebijakan ini penting untuk mencegah kesenjangan berkelanjutan dalam pendidikan.
Ia juga mengakui kebijakan tersebut tidak memberi keuntungan elektoral.