BACA JUGA: Tak Pandang Usia, Adi Prasetyo Mantap Nikahi Ida Hayati yang 29 Tahun Lebih Tua
Menurutnya, seseorang yang sedang membutuhkan dukungan emosional biasanya memerlukan respons yang empatik dan manusiawi.
Namun, karena AI tidak memiliki perasaan, responsnya sering kali bersifat datar dan algoritmik, yang dapat menyebabkan kesalahpahaman bahkan memperburuk kondisi emosional pengguna.
Risiko Salah Interpretasi dan Ketergantungan Emosional
Lebih lanjut, Nena menegaskan bahwa AI memang mampu memberikan validasi perasaan melalui teks, namun sifatnya sangat terbatas.
Ia menilai, jika seseorang yang sedang depresi atau impulsif menjadikan hasil percakapan dengan AI sebagai acuan utama dalam mengambil keputusan, hal itu bisa berujung pada salah interpretasi emosional.








