Selain itu, ia mengingatkan bahwa interaksi manusia tetap tidak tergantikan, terutama ketika seseorang membutuhkan empati, pemahaman, dan dukungan emosional yang tulus.
“AI bisa membantu menjawab pertanyaan, tapi tidak bisa menggantikan sentuhan emosional manusia. Jadi, gunakan teknologi dengan bijak,” pungkasnya.
Kehadiran AI memang menawarkan kemudahan dalam berinteraksi dan mencari informasi.
Namun, menurut para ahli, menjadikan AI sebagai tempat curhat utama tanpa batas justru berisiko menurunkan kemampuan seseorang dalam berempati dan berhubungan sosial.
Dengan menjaga keseimbangan antara teknologi dan interaksi manusia, kesehatan mental masyarakat dapat tetap terjaga.








