Menurutnya, jenis ini sangat berpotensi mendukung pengembangan ekowisata dan budidaya berkelanjutan.
“Jenis ikan nilem ini kita pilih karena secara umum cocok untuk perairan tebat, tapi tetap kita lakukan pemantauan selama tiga bulan ke depan. Jika pertumbuhannya sesuai harapan, kita akan tambah jumlah benihnya. Kalau tidak, kita ganti jenis ikan lain yang lebih kompatibel,” jelas Nengsi.
Ia menegaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan skema pemantauan berkala, mulai dari pengecekan kualitas air, pakan alami, hingga potensi gangguan ekosistem.
Menurutnya, keberhasilan program ini juga sangat bergantung pada partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan tebat.








