“Label ‘sekolah favorit’ ternyata menciptakan kesenjangan dalam pendidikan kita. Faktanya, sebagian besar muridnya berasal dari kelas menengah ke atas,” ujar Anies Baswedan.
Sebelum reformasi, lebih dari 90 persen siswa di SMA negeri favorit di Jakarta berasal dari keluarga berpendidikan tinggi.
Hal ini berbanding terbalik dengan data partisipasi pendidikan, di mana 36 persen anak dari keluarga berpenghasilan rendah tidak pernah mencapai bangku sekolah menengah.
Anies menjelaskan, sistem baru berbasis undian acak (randomized system) diterapkan agar distribusi siswa lebih adil.